(Riwayat Ibn Majah)

"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim."

Orang yang berjaya datangnya daripada minda yang cekap dan cergas, ditimbang oleh hati nurani yang berhikmah dan didokong oleh jasad jasmani yang sihat

Khamis, 30 Jun 2011

Secara Asal, Air itu suci dan mensucikan


Hadits 2:



عَنْ أبي سَعيدٍ الخُدْرِيِّ – رضي الله عنه- قالَ : قالَ رَسُولُ الله – صلي الله عليه و سلم- : ((إِنَّ المَاءَ طَهُوْرٌ لا يُنَجِّسُهُ شَيءٌ))
أخرجه الثلاثة, صححه أحمد.

Dari Abu Sa'id Al Khudriy radiyallahu 'anhu, beliau berkata, rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya air itu thohur (suci dan mensucikan), tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya". Dikeluarkan oleh Imam yang tiga, dan Imam Ahmad menshahihkannya.

Darjat hadits:


Hadits ini shahih
.
  • Hadits ini juga dinamakan "hadits bi'ru bidho'ah". Imam Ahmad berkata, "hadits bi'ru bidho'ah ini shahih”.
  • Imam At Tirmidzi berkata "hasan".
  • Abu Usamah menganggap hadits ini baik. Hadits ini telah diriwayatkan dari Abu Sa'id dan selainnya dengan jalur lain.
  • Disebutkan di dalam "at Talkhish" bahwa hadits ini dishahihkan oleh Ahmad, Yahya bin Mu'in, dan Ibnu Hazm.
  • Al-Albani berkata, "periwayat pada sanadnya adalah periwayat Bukhori dan Muslim kecuali Abdullah bin Rofi'. Al Bukhori berkata, "keadaannya majhul", akan tetapi hadits ini telah dishahihkan oleh imam-imam sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
  • Hadits ini adalah hadits yang masyhur (dikenal) dan diterima oleh para imam.
  • Syaikh Shodiq Hasan di kitab Ar-Raudah, "Telah tegak hujjah dengan pen-shahih-an oleh sebagian imam . Telah dishahihkan juga (selain yang telah disebutkan di atas) oleh Ibnu Hibban, Al Hakim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Taimiyah, dll. Walaupun Ibnul Qothon mencacati hadits ini dengan majhulnya riwayat dari Abu Sa'id, akan tetapi pencacatan oleh satu orang Ibnul Qothon tidak dapat melawan penshahihan oleh imam-imam besar (yang telah disebutkan di atas).

Kosa Kata:


  • Kata طهور (Thohur), artinya suci substansinya dan dapat mensucikan selainnya.

  • Kata لا ينجسه شيء (Laa yunajjisuhu syai-un) = tidak ada yang sesuatupun yang dapat menajiskannya. Perkataan ini dimuqoyyad-kan (diikat) dengan syarat yaitu sesuatu (najis) tersebut tidak mengubah salah satu dari tiga sifat air, yaitu bau, rasa, dan warna.

Hadits 3:

و عَنْ أبي أمَامََةَ الباهِِلي - – رضي الله عنه- قالَ : قالَ رَسُولُ الله – صلي الله عليه و سلم-
: ((إِنَّ المَاءَ لا يُنَجِّسُهُ شَيءٌ, إلاَّ ما غَلَبَ عَلىَ رِيحهِ و طَعّمِهِ و لَوْنِهِ ))

أخرجَهُ ابنُ مَاجح, و ضعَّفَهُ أبُو حاتِم. و للبيهاقي :
((المَاءُ طَاهِرٌ إلاَّ إنْ تَغَيَّرَ رِيحُهُ أَوْ طَعمُهُ أو لَوْنُهُ بِنَجَاسَةٍ تَحْدُثُ فِيهِ))


Dari Abu Umamah Al Baahiliy radiyallahu 'anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya, kecuali yang mendominasi (mencemari) bau, rasa, dan warnanya". Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, didhoifkan oleh Abu Hatim. Dalam riwayat Al Baihaqi, "Air itu thohur (suci dan mensucikan) kecuali jika air tersebut berubah bau, rasa, atau warna oleh najis yang terkena padanya."

Darjat Hadits:


  • Bagian pertama hadits adalah shahih, sedangkan bagian akhirnya adalah dho’if. Ungkapan "Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang menajiskannya" telah ada dasarnya di hadits bi'ru bidho'ah (hadits 2).

  • Adapun lafadz tambahan “kecuali yang mendominasi (mencemari) bau, rasa, dan warnanya”, Imam an Nawawi berkata, "para ahli hadits bersepakat atas ke-dho'if-an lafadz ini, karena di dalam isnadnya ada Risydain bin Sa'ad yang disepakati ke-dho'if-an-nya. Akan tetapi, Ibnu Hibban di dalam shahihnya menukil adanya ijma' ulama untuk mengamalkan maknanya.
    Shodiq berkata di kitab Ar-Raudhoh, "Para ulama bersepakat terhadap dho'ifnya tambahan ini, akan tetapi ijma' ulama mengakui kandungan maknanya".

Faedah Hadits (2 dan 3):


  1. Kedua hadits ini menunjukkan bahwa, secara asal, air adalah suci dan mensucikan, tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya.

  2. Kemutlakan ini dimuqoyyadkan (diikat) dengan syarat yaitu sesuatu (najis) tersebut tidak mengubah bau, rasa, atau warna air, jika berubah maka air tersebut ternajisi (menjadi najis), baik air tersebut sedikit ataupun banyak.

  3. Yang meng-muqoyyad-kan kemutlakan ini adalah ijma' umat islam bahwa air yang berubah oleh najis, maka air tersebut ternajisi (menjadi najis), baik air tersebut sedikit ataupun banyak.
    Adapun lafadz tambahan yang datang pada hadits Abu Umamah maka itu dho'if, tidak tegak hujjah dengannya, akan tetapi:
    • Imam An-Nawawi berkata, "para ulama telah ijma' terhadap hukum dari lafadz tambahan ini".

    • Ibnu Mundzir berkata, "Para ulama ijma' bahwa air yang sedikit ataupun banyak jika terkena najis dan mengubah rasa, warna, atau bau air tersebut, maka air tersebut ternajisi (menjadi najis).

    • Ibnul Mulaqqin berkata, "terlepas dari kedhoifan tambahan (yang mengecualikan) tersebut, ijma’ dapat dijadikan hujjah sebagaimana yang dikatakan oleh Imam As Syafi'i dan Al Baihaqi, dan selain keduanya.
      Syaikhul Islam berkata, "Apa yang telah menjadi ijma' oleh kaum muslimin maka itu berdasarkan nash, kami tidak mengetahui satu masalahpun yang telah menjadi ijma' kaum muslimin tetapi tidak berdasarkan nash.


Sumber : kitab Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom karya Syaikh Abdullah Al Bassam

kesucian air laut dan kehalalan bangkai di dalamnya


Hadits 1


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قال : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ - صلى الله عليه و سلم - فِي البَحْرِ : ((هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ الحِلُّ مَيْتَـتُهُ)) أخرجه الأربعة و ابن أبي شيبة, واللفظ له, وصححه ابن خزيمة و الترمذي, و رواه مالك و الشافعي و أحمد.

Dari Abu Hurairoh radiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang laut, “Thohur (suci dan mensucikan) airnya dan halal bangkai (di dalam)-nya”.

Dikeluarkan oleh imam yang empat dan Ibnu Abi Syaibah, lafadz tersebut darinya, dan hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan At Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam As Syafi’i, dan Imam Ahmad.

Darjat Hadits:


Hadits ini shahih.

  • At Tirmidzi berkata, “hadits ini hasan shahih, Saya bertanya kepada Imam Bukhari tentang hadits ini, beliau menjawab, “shahih””.
  • Az Zarqoni berkata di Syarh Al Muwatho’, “Hadits ini merupakan prinsip diantara prinsip-prinsip islam, umat islam telah menerimanya, dan telah dishahihkan oleh sekelompok ulama, diantaranya, Imam Bukhori, Al Hakim, Ibnu Hibban, Ibnul Mandzur, At Thohawi, Al Baghowi, Al Khotthobi, Ibnu Khuzaimah, Ad Daruquthni, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Daqiqil ‘Ied, Ibnu Katsir, Ibnu Hajar, dan selainnya yang melebihi 36 imam.

Kosa kata:


  • Kata البَحْر (al-bahr /laut) adalah selain daratan, yaitu dataran yang luas dan mengandung air asin.

  • Kata الطَهُوْرُ (at-thohur) adalah air yang suci substansinya dan dapat mensucikan yang lainnya.

  • Kata الحِلُّ (Al-hillu) yaitu halal, kebalikan haram.

  • Kata مَيْتَتُهُ (maitatuhu), yaitu hewan yang tidak disembelih secara syariat. Yang dimaksud di sini adalah hewan yang mati di dalam laut, dan hewan tersebut tidak bisa hidup kecuali di laut, jadi bukan semua yang mati di laut.

Faedah Hadits:


  1. Kesucian air laut bersifat mutlak tanpa ada perincian. Airnya suci substansinya dan dapat mensucikan yang lainnya. Seluruh ulama menyatakan demikian kecuali sebagian kecil yang pendapatnya tidak dapat dianggap.

  2. Air laut dapat menghapus hadats besar dan kecil, serta menghilangkan najis yang ada pada tempat yang suci baik pada badan, pakaian, tanah, atau selainnya.

  3. Air jika rasanya atau warnanya atau baunya berubah dengan sesuatu yang suci, maka air tersebut tetap dalam keadaan sucinya selama air tersebut masih dalam hakikatnya, sekalipun menjadi sangat asin atau sangat panas atau sangat dingin atau sejenisnya.

  4. Bangkai hewan laut halal, dan maksud bangkai di sini adalah hewan yang mati yang tidak bisa hidup kecuali di laut.

  5. Hadits ini menunjukkan tidak wajibnya membawa air yang mencukupi untuk bersuci, walaupun dia mampu membawanya, karena para sahabat mengabarkan bahwa mereka membawa sedikit air saja.

  6. Sabdanya الطهور ماؤه (suci dan mensucikan airnya), dengan alif lam, tidak menafikan kesucian selain air laut, sebab perkataan tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan tentang air laut.

  7. Keutamaan menambah jawaban dalam fatwa dari suatu pertanyaan, hal ini dilakukan jika orang yang berfatwa menduga bahwa orang yang bertanya tidak mengetahui hukum (yang ditambahnya tersebut).
    Ibnul Arobi berkata, “Merupakan kebaikan dalam berfatwa jika menjawab lebih banyak dari yang ditanyakan kepadanya sebagai penyempurna faedah dan pemberitahuan tentang ilmu yang tidak ditanyakan, dan ditekankan melakukan hal ini ketika adanya kebutuhan ilmu tentang suatu hukum sebagaimana pada hadits ini (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menambah "dan halal bangkainya"), dan ini tidak dianggap membebani si penanya dengan sesuatu yang tidak penting.

  8. Imam As Syafi’i berkata, “Hadits ini merupakan setengah dari ilmu tentang bersuci”, Ibnul Mulaqqin berkata, “Hadits ini merupakan hadits yang agung dan prinsip diantara prinsip-prinsip bersuci, yang mencakup hukum-hukum yang banyak dan kaidah-kaidah yang penting”.

    Perbezaan Pendapat Para Ulama


    • Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa hewan laut tidak halal kecuali ikan dengan seluruh jenisnya, adapun selain ikan yang menyerupai hewan darat, seperti ular (laut), anjing (laut), babi (laut) dan lainnya, maka beliau berpendapat tidak halal.

    • Pendapat Imam Ahmad yang masyhur adalah halalnya seluruh jenis hewan laut, kecuali katak, ular, dan buaya. Katak dan ular merupakan hewan yang menjijikkan, adapun buaya merupakan hewan bertaring yang digunakannya untuk memangsa.

    • Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat halalnya seluruh jenis hewan laut tanpa terkecuali, keduanya berdalil dengan firman Allah ta’ala, “Dihalalkan bagi kamu hewan buruan laut” (QS Al Maidah : 96), dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
      أُحِلَّتْ لنا مَيتَتَانِ الجراد و الحوتُ
      ”Dihalalkan bagi kita dua bangkai, (yaitu) belalang dan al huut”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
      Di dalam “Kamus” disebutkan bahwa al huut adalah ikan.
      Juga berdasarkan hadits pada bab ini, الحِلُّ مَيْتـَتُهُ (halal bangkainya), maka pendapat inilah (Imam Malik dan Imam As Syafi’i) yang lebih kuat.


Sumber:
Taudihul Ahkam min Bulughil Marom karya Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Bassam.

Kitab Bulughul Marom (Ibnu Hajar Al 'Asqolaani)


Bulughul marom merupakan kitab yang sangat masyhur (terkenal) di kalangan penuntut ilmu. Bahkan kitab ini merupakan kitab fiqh yang paling layak untuk dihafal. Kitab ini berisi hadits-hadits tentang fiqh, penulis kitab ini adalah Al Hafidz Ibnu Hajar Al 'Asqolaani rahimahullah.

Ibnu Hajar Al 'Asqolaani


Beliau adalah Al Imam Al Alamah Al Hafidz Abu Fadhl Ahmad bin 'Ali bin Muhammad bin Hajar 'Al Asqolaani, dilahirkan di Mesir tanggal 12 bulan Sya'ban tahun 773 Hijriyah. Beliau telah menghafal Al Qur'an ketika berusia 7 tahun serta menghafal banyak matan-matan ilmu dalam masa mudanya.

Beliau belajar dengan banyak ulama besar di zamannya, diantaranya yang masyhur:
  • As Siroj Al Bulqini
  • As Siroj Ibnul Mulaqqin
  • Abdurrahman bin Ruzain, beliau belajar shahih Bukhori kepadanya.
  • Al Hafidz Al 'Iroqi, beliau belajar selama 10 tahun kepadanya, dll.

Beliau banyak berpergian (rihlah) sebagaimana kebiasaan para ulama zaman dahulu. Beliau pernah ke Makkah untuk belajar Shahih Bukhori kepada Syaikh 'Afifuddin An Naisaburiy, ke Damsyik (ibu kota Syiria) untuk belajar kepada Ibnul Mulaqqin, ke Baitul Maqdis dan daerah-daerah di Palestina, juga ke Shon'a dan daerah-daerah di Negeri Yaman. Seluruh perjalanan (rihlah)-nya itu beliau lakukan untuk mencari ilmu dan belajar kepada ulama-ulama besar.

Di antara tulisan-tulisan beliau yang terkenal:
  • Fathul Baari Syarh Shahih Bukhori yang merupakan sebaik-baiknya penjelasan Shahih Bukhori
  • Tahdzibut Tahdzib yang berisi tentang perawi-perawi hadits dan penjelasan tentang kedudukan mereka.
  • Al Ishobah fi tamyiizis Shohabah.
  • Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, inilah kitab yang akan dibahas di sini.

Sekilas tentang kitab Bulughul Marom


Kitab ini merupakan kitab yang membawa berkah dan manfaat, walaupun ukurannya yang kecil, namun di dalamnya terkandung ilmu yang terdapat pada kitab-kitab yang berukuran besar. Para ulama zaman dahulu sampai sekarang menerimanya dan mengambil manfaat darinya. Bahkan tidak ada suatu majelisnya seorang ulama, melainkan kitab Bulughul Marom dijadikan sebagai pelajaran pokoknya. Para penuntut ilmupun menghafalkannya dan mengambil manfaat darinya.

Di antara keistimewaan kitab ini


  1. Penulis (Ibnu Hajar Al Asqolani) menjelaskan martabat (derajat) hadits berupa shahih, hasan, dan dhoifnya, sehingga para penuntut ilmu tidak perlu mencari rujukan dari kitab lain.
  2. Beliau menuliskan sebagian matan hadits saja yang berhubungan dengan bab yang di maksud, sehingga singkat dan padat manfaat.
  3. Jika suatu hadits memiliki riwayat lain yang dapat menjadi tambahan yang bermanfaat, penulis membawakannya dengan ringkas dan jelas. Dengan demikian riwayat-riwayat hadits saling menyempurnakan terhadap suatu masalah.
  4. Penulis menyeleksi hadits-hadits dari diwan dan kitab induk yang terkenal, seperti musnad Imam Ahmad, Shahih Bukhori dan Shohih Muslim, Kitab Sunan yang empat, dll.
  5. Kebanyakan hadits bersumber Shahih Bukhori dan Muslim atau Shahih salah satunya, kemudian diikuti dengan riwayat Sunan agar hadits-hadits yang benar-benar shahih menjadi landasan dan referensi terhadap suatu masalah dan selainnya menjadi penyempurna.
  6. Penulis menyebutkan 'illah (cacat) yang ada pada hadits tertentu.
  7. Jika hadits tersebut memiliki penguat (taabi' atau syaahid), beliau mengisyaratkannya dengan isyarat yang lembut. Dari sini teraihlah faedah dari sisi menjama' (menggabungkan) hadits lebih baik dibandingkan mencelanya.
  8. Penulis mengurutkan bab-bab dan hadits-hadits sesuai dengan kitab-kitab fiqh, agar memudahkan pembacanya untuk muroja'ah.
  9. Beliau menutup kitabnya dengan bab tentang adab yang merupakan kumpulan-kumpulan dari hadits-hadits pilihan yang beliau namakan bab "Jami' fil Adab" agar pembaca mengambil manfaat dari kitab ini, bukan hanya hukum tetapi juga akhlak.

Secara keseluruhan, kitab Bulughul Marom ini merupakan ruhnya kitab-kitab ahkam (tentang hukum). Layak bagi penuntut ilmu untuk menghafal dan memahaminya.

Sumber: kitab Taudihul Ahkam min Bulughil Marom karya Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Bassam.

Ahad, 26 Jun 2011

Prosa Pada Masa Bani Umayah dan Bani Abbasiyah

Secara garis besar sastra arab dibagi atas dua bagian yaitu prosa dan syair. Prosa terdiri atas atas beberapa bagian, yaitu: kisah, amsal (peribahasa), kata mutiara (al-hikam), sejarah (tarikh),atau riwayat (sirah), dan karya ilmiyah (abhas ‘ilmiyyah).

1. Kisah adalah cerita tentang berbagai hal, baik yang bersifat realistis maupun fiktif, yang disusun menurut urutan penyajian yang logis dan menarik. Kisah terdiri atas empat macam .

2. Riwayat, yaitu cerita panjang yang didasarkan atas kenyataan yang terjadi dalam masyarakat.

3. Hikayat, yaitu cerita yang mungkin didasarkan atas fakta maupun rekaan (fiksi).

4. Qissah Qasirah, yaitu cerita pendek

5. Uqushah, yaitu cerita yang lebih pendek dari pada Qissah qasirah.

Kisah yang berkembang pada masa abbasiyah tidak hanya terbatas pada cerita keagamaan, tetapi sudah berkaitan dengan hal lain yang lebih luas, seperti kisah filsafat.

Amsal dan kata mutiara adalah ungkapan singkat yang bertujuan memberikan pengarahan dan bimbingan untuk pembinaan kepribadian dan akhlak. Amsal dan kata mutiara pada masa abbasiyah dan sesudahnya lebih menggambarkan pada hal yang berhubungan dengan filsafat, sosial, dan politik. Tokoh terkenal pada masa ini adalah ibnu al muqoffal.

6. Sejarah atau riwayat mencakup sejarah beberapa negeri dan kisah perjalanan yang dilakukan para tokoh terkenal karya sastra yang terkenal dalam bidang ini antara lain: adalah mu’jam al Buldan (ensiklopedi kota dan negara) oleh Yaqut ar Rumi (1179-1229). Tarikh al hindi (sejarah india) oleh al biruni (w.448 H/ 1048 M)

7. Karya ilmiah mencakup berbagai bidang ilmu. Karya terkenal yang berkenaan dengan hal ini adalah kitab al Hawayan (buku tentang hewan).

A. Prosa pada masa bani umayah

Zaman baru dimulai dengan khalifah umawi Al Walid bin Abdul Malik, yanf\g memerintah antara 85-96 H/ 705-715 M. menurut Al Qalqasyandi, penulisan di bawah Umami mengiuti gaya kuno sampai masa Al Walid. Al Walid membawa perbaikan besar pada sekertariat pemerintahan, tulisan dan korespondensi resmi, dan kaligrafi. Dalam semangat sastra Al Walid itulah Marwan bin Muhammad (126-132H/ 744-750M), khlifah Umawi terakhir, mengutus Abdul Hamid bin Yahya, ahli esai terbesar zaman itu, untuk mengembangkan gaya penulisan yang lebih penuh bunga bahasa yang membuat dirinyua dikenal. Pesan pemerintah menjadi begitu panjang sehingga diceritakan bahwa Abdul Hamid menulis untuk majikannya sebuah surat yang memerlukan seokor unta untuk membawa surat ini ke alamat yang dituju.

Gaya baru ini disebut tawazun (simetri sastra) dan diperkenalkan dengan tiruan gaya Al Qur’an. Tawazun berisi tulisan dalam frase yang jumlah suku katanya, panjangnya, dan susunannya sama. Itulah bentuk ketinggiannya. Tawazun juga dikenal dalam sastra pra-islam, khususnya dalam perumpamaan dan pernyataan lisan ahli ramal (kahin). Penulis terbesar gaya tawazun adalah Abdul Hamid Al Katib (130/794 M), Abu Amr Ustman Al Jahizh (253/ 868 M), dan Abu Hayyan Al Tahwidi (375/ 987 M). gaya Al Jahizh sesuai dengan zamannya. Tulisannya merealisasikan normanya ketingkat sangat tinggi. Dia menggambarkan norma ini sebagai berikut:

a Keselarasan ungkapan dengan makna

Pembicara/ penulis harus menyadari proporsi makna, pembaca/ pendengarnya, dan situasinya, jika kata-katanya ingin di selaraskan dengan mereka.

b Al Bayan (penjelas)

Makna menurut Al Jahizh, tersembunyi dalam kesadaran. Di sana, makna berada dalam keadaan teredam tidak terkenali. Bila diberikan ungkapan yang tepat, makna menjadi hidup. Jelaslah al Bayan adalah segala sesuatu yang membentangkan dan menjelaskan makna.

c Ringkas dan apa adanya.

Komposisi terbaik menurut Al Jahizh, adalah komposisi di mana kata-kata yang sedikit meniadakan kebutuhan akan kata-kata tambahan, di mana maknanya dikandung oleh kata-kat sepenuhnya.

d Al Iftinan (karya artistik)

Tulisan Al Jahizh selain penuh contoh, pengecualian, dan variasi. Argumennya yang mendukung atau menentang berhamburan sedemiian menembus dan berlimpah. Dengan demikian pembacanya atau pendengarnya tercapai tujuannya dan terbawa ketika penulis ingin menggerakkan pendengar.

Al Tahwidi meninggalkan warisan sastra yang mengagumkan di samping Vilainies, Al Muqabasat, Al Imta’ Wal Muansah, Al Hawamil wal Syama’il, Al Basha’ir wal Dzaka’ir, dan Al Isyarat al Ilahiyyah, maupun sejumlah risalah.

Pada awal abad ke-8 M, dalam dunia sejarah sastra Arab, sesungguhnya kegiatan menulis prosa sudah dimulai saat dinasti Umayah berkuasa. Ini dapat dibuktikan dengan adanya karya besar Ali bi Abi Thalib, yakni Nahj Al Balaghah. Karya besar ini sebenarnya berbentuk prosa akan tetapi orang-orang Arab tidak berpandangan demikian. Prosa tidak begitu berkembang disebabkan, pada saat Dinasti Umayyah berkuasa, para penguasa terlalu menempatkan dan memposisikan bangsa Arab dalam kegiatan di bidang sastra dan intelektual sehingga mereka menganggap bahwa sastra Arab adalah sastra yang paling unggul dibanding dengan sastra-sastra lainnya. Akhirnya penulisan prosa tidak begitu berkembang karena mereka lebih berminat dan senang untuk menulis puisi dari pada prosa. Namun keadaan ini berubah saat peralihan kekuasaan dari Dinasti Umayyah ke

B. Prosa pada masa bani Abbasiyah 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M)

Nama Bani Abbasiyah diambil dari nama Abbas bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah. Pada awalnya, keturunan Abbas tidak menghendaki jabatan Khalifah, bahkan mereka selalu membantu keturunan Ali bin Abi Thalib dalam setiap upaya mengambil kekuasaan dari tangan bani Ummayah. Akan tetapi, sejak pertengahan abad kedua, mereka berusaha turut merebut kekuasaan dari tangan bani Ummayah.

Pada zaman Bani Abbasiyah, surat menyurat menjadi semakin penting dalam rangka penyelenggaraan sistem pemerintahan yang semakin kompleks. Dalam genre prosa, muncul prosa pembaruan (النثر التجديدي) yang ditokohi oleh Abdullah ibn Muqaffa dan juga prosa lirik yang ditokohi oleh antara lain Al-Jahizh. Salah satu prosa terkenal dari masa ini ialah Kisah Seribu Satu Malam (ألف ليلة و ليلة). Dalam dunia puisi juga muncul puisi pembaruan yang ditokohi oleh antara lain Abu Nuwas dan Abul Atahiyah.

Masa Bani Abbasiyah sering disebut-sebut sebagai Masa Keemasan Sastra Arab. Karena Islam juga eksis di Andalusia (Spanyol), maka tidak ayal lagi kesusastraan Arab juga berkembang disana. Pada zaman Harun Al-Rasyid, berdiri Biro Penerjemahan Darul Hikmah. Namun hal lain yang perlu dicatat ialah bahwa pada masa ini banyak terjadi kekeliruan berbahasa di tengah masyarakat akibat pergumulan yang kuat bangsa Arab dengan bangsa ajam (non Arab).

Gaya pertengahan tidak ketinggalan zaman secara tiba-tiba. Sejumlah penulis besar tetap mengikuti gaya pertengahan ini meskipun gaya saj’ baru sudah mendapat dasar di sekitar mereka. Saj’ terdiri dari prosa yang frase-frasenya berirama dalam kelompok dari dua atau lebih bagian. Syarat-syaratnya antara lain adalah kata-katnya harus indah dan merdu, tiap frase beriramanya mengandung makna yang berbeda, frase beriramanya memenuhi persyaratan tawazun, frase sesudahnya harus selalu lebih pendek dari pada frase sebelumnya. Badi’ di lain pihak, yang mengandung saj’ dan lain-lain, dapat menjadi banyak bentuk. Sebagaian ahli sastra menyebutkan 14 ragam badi’dan sebagian lagi menyebutkan dua kali lipat dari itu atau lebih. Badi’ terdiri dari penciptaan frase yang identik dalam struktur suku kata, terkadang dalam bentuk huruf tanpa tanda dikritikalnya, tetapi berbeda dalam makna. Contoh terbaik saj’ dan badi’ hádala seperti berikut:

1. Korespondensi kekhalifahan

Korespondensi kekhalifahan dipercayakan kepada dewan atu sekertaeis istana. Penulis terkenal anatara lain: Abu Al Fado Muhammad bin Al Amid (w 360 H/ 970 M), Abu Ishaq Al Shabi (w 384 H/ 994 M), Al Qadli Al Fadhil (596 H/ 1200 M).

2. Esei sastra

Esay sastra disusun disusun penulisnya untuk melukiskan perbincangan, melaporkan pidato, menuturkan kisah, atau menguraikan tema keislaman, moral, atau kemanusiaan. Yang termashur antara lain Risalah Al Ghufron (pengampunan) yang ditulis oleh Abu Al A’la Al Ma’arri (w 449H/ 1059M), yang melukiskan statu perbincangan imajiner dengan penghuni surga dan penghuni neraka. Rízala ini memprakarsai gaya tulisan yang segera tersebar sampai ke Eropa di mana Dante melahirkan Divina Comedia-nya yang meniru risalah ini.

3. Maqamat

Badi al-Zaman al-Hamadzani dikenal sebagai pencipta maqamah, sejenis anekdot dramatis yang substansinya berusaha dikesampingkan oleh penulis untuk mengedepankan kemampuan puitis, pemahaman dan kefasihan bahasanya. Sebagai contoh, kisah-kisah bebahasa Spanyol dan Italia yang bernuansa realis atau kepahlawanan memperlihatkan kedekatan yang jelas dengan mahqamah Arab.

Tidak lama sebelum pertengahan abad ke-10, draf pertama dari sebuah karya yang kemudian dikenal dengan Alf Laylah wa Laylah (Seribu Satu Malam) disusun di Irak. Ini adalah karya Persia klasik, berisi beberapa kisah dari India. Karakteristiknya yang beragam telah mengilhami lahirnya ungkapan konyol para kritikus sastra modern yang memandang kisah “Seribu Satu Malam” sebagai kisah-kisah Persia yang dituturkan dengan cara Buddha oleh ratu Esther kepada Haroun Alraschid di Kairo selama abad ke-14 Masehi. Kisah ini menjadi begitu populer di kalangan masyarakat Barat, karena telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di belahan bumi Eropa serta pencetakan berulang-ulang. Selain prosa-prosa tersebut, juga terdapat beberapa puisi klasik, contohnya Abu Nawas yang mampu menyusun lagu terbaik tentang cinta dan arak.

Siapa yang tidak kenal dengan cerita Aladin dan Lampu Wasiat, Ali Baba dengan Empat Puluh Penyamun, dan Sindbad si Pelaut. Apalagi sejak ditayangkan secara visual di layar kaca ataupun layar perak produksi Holywood. Semuanya pasti setuju bahwa kisah itu diambil dari Kisah Seribu Satu Malam. Kisah yang amat terkenal dari abad-abad lampau hingga saat ini. Tapi tahukah Anda bahwa kisah itu adalah cuma terjemahan saja dan bukan buatan sastrawan-sastrawan ternama pada puncak kejayaan Baghdad?

Saat itu Kekhalifahan Abbasiyah berada pada puncak tangga tamadun. Politik, agama, ekonomi, sosial, budaya, dan di segala bidang lainnya mengalami kemajuan pesat daripada masa-masa sebelumnya. Salah satunya adalah di bidang sastra. Berbeda dengan pada masa Bani Umayyah yang hanya mengenal dunia syair sebagai titik puncak dari berkesenian—ini dikarenakan pula Bani Umayyah adalah bani yang sangat resisten terhadap pengaruh selain Arab, maka pada zaman Bani Abbasiyah inilah prosa berkembang subur. Mulai dari novel, buku-buku sastra, riwayat, hikayat, dan drama.

Bermunculanlah para sastrawan yang ahli di bidang seni bahasa ini baik pusi maupun prosa. Dari yang ahli sebagai penyair (seperti Abu Nuwas), pembuat novel dan riwayat (asli maupun terjemahan), hingga pemain drama.

Sejarah Hidup Ibnu Al-Muqoffa’ dan karya-karyanya

Ibnu al-Muqoffa’ hidup dan tumbuh pada saat terjadi pergolakan dan konfilk di masyarakat. Saat itu terjadi peralihan kekuasaan dari Dinasti Umayah ke tangan Dinasti Abbasiyah, yang ditandai dengan terjadi banyak konflik. Maka pada saat itu keadaan politik di dunia Islam carut-marut dengan kondisi tersebut. Kehidupan umat Islam dan masyarakat Arab terus mengalami pergolakan yang berkepanjangan sehingga akhirnya Dinasti Abbasiyah dapat meraih tampuk kekuasaan dari Dinasti Umayyah. Ibnu al-Muqoffa’ dilahirkan di sebuah kampung dekat Shiraz, Persia, sekitar tahun 80 H. Ia dilahirkan dari dua darah kebudayaan. Ayahnya, Dzazuwih berdarah Persia dan ibunya berasal dari keturunan bangsa Arab. Maka dari sinilah ia banyak mewarisi dua kultur tersebut. Sehingga ia bertekad untuk menjembatani dari dua peradaban tersebut, yakni peradaban Persia dan Arab.

Para sastrawan di era kejayaan Abbasiyah tak hanya menyumbangkan kontribusi penting bagi perkembangan sastra di zamannya saja. Namun juga turut mempengaruhi perkembangan sastra di Eropa era Renaisans. Salah seorang ahli sastrawan yang melahirkan prosa-prosa jenius pada masa itu bernama Abu Uthman Umar bin Bahr al- Jahiz (776 M – 869 M) – cucu seorang budak berkulit hitam.

Berkat prosa-prosanya yang gemilang, sastrawan yang mendapatkan pendidikan yang memadai di Basra. Irak itu pun menjadi intelektual terkemuka di zamannya. Karya terkemuka Al-Jahiz adalah Kitab al-Hayawan, atau ‘Buku tentang Binatang’ sebuah antologi anekdot-anekdot binatang – yang menyajikan kisah fiksi dan non-fiksi. Selain itu, karya lainnya yang sangat populer adalah Kitab al-Bukhala, ‘Book of Misers’, sebuah studi yang jenaka namun mencerahkan tentang psikologi manusia.

Pada pertengahan abad ke-10 M, sebuah genre sastra di dunia Arab kembali muncul. Genre sastra baru itu bernama maqamat, Sebuah anekdot yang menghibur yang diceritakan oleh seorang pengembara yang menjalani hidupnya dengan kecerdasan. Maqamat ditemukan oleh Badi’ al- Zaman al-Hamadhani (wafat tahun 1008 M). Dari empat ratus maqamat yang diciptakannya, hanya masih tersisa dan bertahan 42 maqamat.

MENYINGKAP SELIMUT DAN SOLAT SUBUH

Inilah ujian yang sesungguhnya. Ujian yang sangat sulit, namun bukan satu hal yang mustahil. Nilai tertinggi dalam ujian ini bagi seorang laki-laki adalah solat Subuh secara rutin berjemaah di masjid. Sedangkan bagi wanita, solat Subuh tepat pada waktunya di rumah. Setiap orang dianggap gagal dalam ujian penting ini, manakala mereka solat tidak tepat waktu, sesuai yang telah ditetapkan Allah s.w.t.

Sikap manusia dalam menunaikan solat fardhu cukup beragam. Ada yang mengerjakan sebahagian solatnya di masjid, namun meninggalkan sebahagian yang lain. Ada pula yang melaksanakan solat sebelum habis waktunya, namun dikerjakan di rumah.

Dan, Ada pula sebahagian orang yang mengerjakan solat ketika hampir habis batas waktunya (dengan tergesa-gesa). Yang terbaik di antara mereka adalah yang mengerjakan solat fardhu secara berjemaah di mushala/surau/masjid pada awal waktu.

Rasulullah s.a.w. telah membuat klasifikasi yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk membezakan antara orang mukmin dengan orang munafik. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.d. d ia berkata bahawa Rasulullah s.a.w. Bersabda:

” Sesungguhnya solat yang paling berat bagi orang munafik adalah solat Isya’ Dan solat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Apabila Rasulullah s.a.w. meragukan keimanan seseorang, beliau akan menelitinya pada ketika solat Subuh. Apabila beliau tidak mendapati orang tadi solat Subuh (di masjid), maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati.

Di sebalik pelaksanaan dua rakaat di ambang fajar ini, tersimpan rahsia yang menakjubkan. Banyak permasalahan yang bila dirujuk, bersumber dari pelaksanaan solat Subuh yang diringan-ringankan. Itulah sebabnya, para sahabat Rasulullah saw. sekuat tenaga agar tidak kehilangan waktu emas itu.

Pernah suatu hari, mereka terlambat salat Subuh dalam penaklulkan benteng Tastar. ‘Kejadian’ ini membuat seorang sahabat, Anas bin Malik r.a.d. selalu menangis bila mengingatnya. Yang menarik, ternyata Subuh juga menjadi waktu peralihan dari era jahiliyah menuju era tauhid. Kaum ‘Ad, Tsamud, dan kaum penderhaka lainnya, dilibas azab Allah swt. pada waktu Subuh.

SEORANG penguasa Yahudi berkata: “Kami baru takut terhadap umat Islam jika mereka telah melaksanakan solat subuh seperti melaksanakan solat Jumaat.” (Buku Misteri Solat Subuh oleh Dr Raghib As-Sirjani).

“Sungguh masjid-masjid di seluruh penjuru dunia ini merintih pedih dan mengeluh kepada Allah kerana dijauhi oleh majoriti kaum muslimin ketika solat subuh sedang dilaksanakan. Kalau bukan kerana ketentuan Allah bahawa benda-benda mati itu tidak bisa bicara, tentu manusia dapat mendengar suara rintihan dan gemuruh tangis masjid-masjid itu mengadu kepada Rabbnya Yang Agung”. (Buku Keajaiban Solat Subuh oleh Dr. Imad Ali Abdus Sami Husain).

Memang, tanpa solat Subuh secara berjemaah, umat Islam tidak lagi berwibawa. Tak selayaknya kaum muslimin mengharapkan kemuliaan, kehormatan, dan kejayaan, bila mereka tidak memperhatikan solat ini.

Bagaimana orang-orang muslim tidur di waktu Subuh, lalu dia berdoa pada waktu Dhuha atau waktu Zhuhur atau waktu petang hari (Asar), memohon kemenangan, keteguhan dan kejayaan di muka bumi. Bagaimana mungkin?

Sesungguhnya agama ini tidak akan mendapatkan kemenangan, kecuali telah terpenuhi semua syarat-syaratnya. Yaitu dengan melaksanakan ibadah, konsekuen dengan akidah, berakhlak mulia, mengikuti ajaran-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, dan tidak sedikit pun meninggalkannya, baik yang ringan apalagi yang sangat penting.

Subhanallah! Allah s.w.t. akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari kegelapan menjadi keadilan, dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada waktu yang mulia, ialah waktu Subuh. Berhati-hatilah, jangan sampai tertidur pada saat yang mulia ini.

Allah s.w.t. akan memberikan jaminan kepada orang yang menjaga solat Subuhnya, yaitu dibebaskan dari seksa neraka jahanam. Diriwayatkan dari Ammarah bin Ruwainah r.a., ia berkata:

Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk neraka, orang yang solat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari.” (HR. Muslim).

Solat Subuh merupakan hadiah dari Allah s.w.t., tidak diberikan, kecuali kepada orang-orang yang taat lagi bertaubat. Hati yang diisi dengan cinta kemaksiatan, bagaimana mungkin akan bangun untuk solat Subuh? Hati yang tertutup dosa, bagaimana mungkin akan terpengaruh oleh hadith-hadith yang berbicara tentang keutamaan solat Subuh?

Orang munafik tidak mengetahui kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjemaah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun keadaannya, seperti sabda Rasulullah saw.: ” Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak.”

Cuba kita bayangkan ketika ada seorang laki-laki yang tidak mampu berjalan, tidak ada orang yang membantu memapahnya. Dalam keadaan yang sedemikian rupa, ia bersikap keras mendatangi masjid dengan merangkak dan merayap di atas tanah untuk mendapatkan kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjemaah.

Sekiranya kita saksikan ada orang yang meninggalkan solat Subuh berjamaah di masjid (dengan sengaja), maka kita akan mengetahui betapa besar musibah yang telah menimpanya.

Rakan-rakan semua, artikel ini bukan untuk menuduh orang-orang yang tidak menegakkan solat Subuh di masjid dengan sebutan munafik.

Allah s.w.t. Maha Mengetahui akan keadaan setiap muslim. Namun, sebaiknya hal ini dapat dijadikan sebagai bahan pembaiki bagi setiap individu (kita), orang-orang yang kita cintai, anak-anak, serta sahabat-sahabat kita. Sudahkah kita salat Subuh berjamaah di masjid/musalla secara istiqamah?

Jika seseorang meninggalkan solat Subuh dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan. Barang siapa yang pada dirinya terdapat sifat ini, maka segeralah bermuhasabah dan bertaubat. Mengapa? Karena dikhuatiri akhir hayat yang buruk (su’ul khatimah) akan menimpanya. Nauzubillah minzalik! (HD).

Salah satu keutamaannya adalah Rasulullah s.a.w. mendoakan umatnya yang bergegas dalam melaksanakan solat Subuh, sebagaimana disebutkan dalam hadis: “Ya Allah, berkatilah umatku selama mereka suka bangun subuh (iaitu mengerjakannya).” (Hadis riwayat Termizi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah) Jika Rasulullah s.a.w. yang berdoa, maka tidak ada hijab di antara Baginda dengan Allah s.w.t. kerana Baginda sendiri adalah orang yang secara jasadiyah paling dekat dengan Allah s.w.t. Waktu Subuh adalah waktu yang paling baik untuk mendapatkan rahmat dan keredaan Allah s.w.t.

Allah s.w.t. berfirman maksudnya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keredaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling daripada mereka kerana mengharapkan perhiasan duniawi, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya sudah Kami lalaikan daripada mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas.” (Surah al-Kahfi, ayat 28)

Keutamaan solat Subuh diberikan ganjaran pahala melebihi keindahan dunia dan seisinya, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam at-Termizi: “Dari Aisyah telah bersabda Rasulullah SAW, dua rakaat solat Fajar pahalanya lebih indah daripada dunia dan seisinya.”Begitulah keistimewaan solat Subuh.

Apakah yang menghalang kita untuk menyingkap selimut dan mengakhiri tidur untuk melakukan solat Subuh?

Diceritakan satu ketika Rasulullah s.a.w. solat subuh di masjid Nabawi. Begitu pulang beliau mendapati puterinya Siti Fatimah masih tidur. Maka beliau pun membalikklan tubuh Fatimah dengan kakiknya, kemudian berkata: “Hai Fatimah, bangun dan saksikanlah rezeki Robbmu, karena Allah s.w.t. membagi-bagi rezeki para hamba antara salat subuh dan terbitnya matahari”. ( HR.Baihaqi ).

Dilain waktu Rasulullah s.a.w. menjadi imam solat subuh, Beliau tidak melihat Ali bin Abi Thalib RA. Khuwatir menantunya ini sakit, beliau langsung menuju rumahnya. Ketika bertemu dengan Siti Fatimah, mendapat penjelasan bahawa sangat asyiknya Ali, suaminya beribadah malam, maka solat subuh dilakukan di rumah. Rasulullah s.a.w. kemudian berkata: “Solat subuh yang dilakukan secara berjemaah (di masjid), lebih bagus daripada ibadah yang dilakukan seseorang sepanjang malam di rumah”.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan solat isya’ secara berjemaah , maka ia seperti solat malam separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan solat subuh secara berjemaah, maka ia seperti solat malam satu malam penuh”. Sehingga Ibnu Umar r.a.d. pun menegaskan: “Sungguh, aku boleh melaksanakan solat subuh secara berjemaah, itu lebih aku sukai daripada solat malam semalam suntuk”. Sudah pasti yang paling baik adalah istiqamah solat malam di rumah sesuai kemampuan dan ditutup dengan solat subuh secera berjemaah di masjid…

Ayuh! rakan-rakan semua, marilah kita solat subuh di masjid secara berjemaah. Semuga Allah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk mengamalkannya. Penuhkan masjid diwaktu solat subuh supaya orang kafir akan gerun dengan kehebatan umat Islam. InsyaAllah kalau kita sama-sama berusaha kearah itu, tidak mustahil panji-panji Islam akan subur menghijau dibumi Allah ini.

Tiada yang mustahil dan kita tidak perlu ragu-ragu dengan pertolongan Allah s.w.t., insyaAllah

Khasiat susu ibu dalam Al-Quran

Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir, dan sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini.

Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in Infant Nutrition, http:// www. icr.org/pubs/imp-259.htm)

Allah memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad yang lalu, yang hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya "….. susuannya mengambil dua tahun…".

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (Al Qur'an, 31:14)

PENGENALAN DIRI DALAM CAP JARI (Keajaiban Saintifik Al-Qur'an)

Ketika Tuhan menyatakan dalam Al-Qur'an bahawa amat mudah bagiNya untuk membangkitkan manusia selepas kematian, cap jari manusia secara khusus ditekankan;

Apakah manusia mengira bahawa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-temulangnya?. Bahkan, Sebenarnya Kami berkuasa untuk menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna. (Surah al-Qiyamah; 3-4)

Kepentingan dalam cap jari mempunyai pengertian yang istimewa. Ini adalah kerana set cap jari setiap orang adalah unik bagi dirinya. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup dalam dunia ini mempunyai satu set cap jari yang unik.

Ini adalah sebab mengapa cap jari diterima sebagai satu bukti penting pengenalan diri, yang eksklusif kepada pemiliknya, dan digunakan untuk tujuan pengenalan identiti di seluruh dunia.

Tetapi apa yang lebih penting ialah bahawa ciri-ciri cap jari ini baru ditemui pada akhir kurun ke 19. Sebelum itu, manusia menanggap cap jari adalah satu lengkungan yang biasa tanpa sebarang kepentingan atau pengertian yang spesifik. Bagaimanapun dalam Al-Qur'an, Tuhan mengisyaratkan cap jari, fakta yang tidak menarik minat siapa ketika itu, dan menarik tumpuan kita kepada kepentingannya- satu kepentingan yang akhirnya baru difahami hari ini.

SUAMI MITHALI IDAMAN ISTERI

SEBAGAI lelaki, pernahkah terfikir untuk menjadikan diri sebagai orang dikagumi? Bukan saja memiliki perawakan menarik tetapi hadir dalam satu pakej yang penuh kesempurnaan sehingga menjadi teladan kepada semua – disayangi isteri, dihormati anak-anak, disanjung keluarga dan sekali gus berjaya dalam kehidupan dunia akhirat?

Kalaulah anda belum berpunya, pasti ramai yang bakal menjadi pemujanya. Namun berusahalah menjadi lelaki yang sempurna dan cuba memenuhi apa yang diinginkan wanita. Jika anda mengidam mendapat pasangan yang memenuhi segalanya, tidak salah sekiranya mencuba untuk menjadi lelaki yang sesempurna mungkin.

Berikut adalah petua bagaimana hendak memenuhi aspirasi berkenaan dan anda mungkin mampu memenuhinya jika piawaian yang anda ada menepati apa yang dicari golongan hawa.

Pastinya jika ciri itu ada pada diri anda, tentunya anda lelaki paling bahagia di dunia ini kerana mampu memenuhi kehendak masyarakat, agama dan meletakkan kesempurnaan diri pada tahap yang sewajarnya.

Marilah kita selidiki kalau ciri-ciri atau petua yang dititipkan ini ada pada diri anda atau sememangnya ia sifat semula jadi anda. Tentu anda bakal diburu oleh wanita mendambakan lelaki seperti dimaksudkan.

1. Pasang niat dan berdoa untuk menjadi suami terbaik. Tanpa berniat dan berdoa anda tidak mungkin jadi suami yang cemerlang. Ramai suami terlupa mengenai hal ini.

2. Jika sudah mendirikan rumah tangga, ber syukur kerana mempunyai pasangan. Yakinlah isteri anda pasangan terbaik yang Tuhan tentukan untuk anda. Ketentuan Tuhan adalah yang terbaik.

3. Suami ‘mithali’ menjadi kebanggaan isteri. Pastikan anda membentuk sifat positif dan istimewa. Cuba tanya diri apakah sifat atau amalan yang boleh dibanggakan isteri anda.

4. Pastikan anda ada masa untuk berbual dengan isteri setiap hari. Semua isteri bahagia apabila dapat berbual dengan suami. Berapa minit yang anda luangkan untuk berbual dengan isteri setiap hari?

5. Setiap hari pulang dengan senyum dan bersemangat. Apabila suami tersenyum, isteri dan anak-anak akan bahagia dan rahmat Tuhan akan turun. Senyumlah apabila sampai ke rumah.

6. Pastikan anda bergurau senda dengan isteri di dalam kenderaan semasa dalam perjalanan ke tempat kerja ataupun ke mana sahaja. Ramai suami membazir masa dengan membisu semasa di dalam kenderaan.

7. Telefon isteri ataupun hantar SMS sekadar untuk menyatakan yang anda sayang ataupun rindu pada isteri. Isteri anda akan berasa seronok dan bahagia apabila mendapat panggilan ataupun mesej tersebut.

8. Hiburkan hati isteri anda dengan bercerita, buat lawak atau gurauan yang mesra. Setiap gurauan mengubat hati isteri dan mengeratkan hubungan suami isteri.

9. Amalkan makan bersama setiap hari. Berbual mesra dan nasihat menasihati semasa makan. Amalan ini akan menarik hidayat Tuhan dan mengeratkan hubungan. Elakkan berbual perkara yang melalaikan semasa makan.

10. Ajak isteri mandi bersama sekali sekala. Bergurau senda semasa mandi bersama adalah sunnah yang dapat mengeratkan hubungan suami isteri.

11. Bantu isteri melakukan kerja rumah. Ini adalah sunnah yang dapat meringankan beban isteri, mengeratkan kasih sayang dan membahagiakan pasangan anda.

12. Amalkan mesyuarat keluarga sekerap mungkin. Amalan bermesyuarat menarik hidayat Tuhan, mengeratkan hubungan dan menyelesaikan banyak masalah.

13. Pastikan penampilan anda anggun, kemas, bersih, wangi, sihat dan ceria. Ramai suami inginkan isteri yang mengancam, tetapi mengabaikan penampilan diri sendiri. Mana adil ?

14. Didik isteri dengan memberi nasihat dan peringatan secara hikmah. Jadikan tindakan dan amalan anda sebagai contoh teladan yang cemerlang. Elakan cakap tak serupa bikin.

15. Berikan nafkah kepada isteri mengikut keperluan keluarga dan kemampuan suami. Ramai suami mengabaikan nafkah kerana isteri bekerja. Ramai suami yang kedekut dan berkira. Ini menyebabkan isteri derita dan rumah tangga terancam.

16. Jadikan penawar hati kepada isteri. Ambil berat keperluan, kemahuan dan peka kepada emosi dan situasi isteri. Isteri yang bahagia membentuk keluarga sejahtera.

17. Sentiasa taat kepada semua perintah Tuhan dan memastikan keluarga juga patuh kepada Tuhan.

18. Suami mithali sentiasa menyimpan rahsia isteri. Ramai suami secara sengaja ataupun tidak sengaja menceritakan keburukan isteri kepada orang lain. Ini wajib dihentikan.

19. Muliakan keluarga isteri seperti keluarga sendiri. Ada suami yang membeza-bezakan antara keluarganya dan keluarga isteri. Ada suami memusuhi keluarga isteri. Anda bagaimana?

20. Bentuk sifat cemburu yang positif. Cemburu tanda beriman, sayang dan endah. Suami yang tidak cemburu adalah dayus. Isteri amat suka apabila suaminya ada sifat cemburu. Dia rasa dihargai.

21. Jadilah suami yang pemaaf. Syurga isteri di bawah tapak kaki suami. Maafkanlah isteri setiap malam sebelum tidur supaya rumah tangga bahagia dan isteri mudah masuk syurga.

22. Tegur kesilapan isteri dengan hikmah dan kasih sayang. Isteri merajuk bukan sebab ditegur tetapi cara ditegur yang kasar. Apabila suami kasar, isteri jadi takut, bingung, hiba dan memberontak.

23. Gunakan Nabi Muhammad s.a.w sebagai ‘role model’. Hidupkan amalan sunnah dalam rumah tangga. Sebut nama rasul apabila mendidik dan menasihati keluarga bagi mendapat hikmah.

24. Mendahulukan keperluan isteri daripada orang lain. Ini adalah tertib memberi khidmat. Ramai suami yang melebihkan orang lain daripada isterinya. Elakan kesilapan ini.

25. Suruh isteri dirikan sembahyang dan ibadah lain. Apabila berjauhan, telefon atau SMS bagi mengingatkan sembahyang. Wasiatkan isteri untuk sembahyang fardu dan sunat. Buat pesanan ini sehingga suami meninggal dunia.

26. Cintai isteri sepenuh hati. Cintai tanpa syarat, bertambah mengikut usia, penuh kemaafan, memberi tenaga, tidak pernah sengsara serta berteraskan iman dan takwa.

27. Sentiasa berubah secara positif. Sebelum cuba ubah isteri dan keluarga, ubah diri dulu. Apabila suami berubah, keluarga akan turut berubah. Apabila suami cemerlang, isteri akan gemilang.

28. Pamer keprihatinan yang tinggi terhadap keluarga. Ramai suami tidak ambil kisah dengan keluarga mereka.Cuba tanya apa lagi khidmat tambahan yang patut diberikan kepada keluarga.

29. Pamer kematangan yang tinggi. Orang yang matang tenang, sabar, waras, bijaksana, dapat membuat keputusan dan cekap menyelesaikan masalah.

30. Memuliakan semua perempuan bukan sekadar isterinya. Ramai lelaki cuba hormat wanita tertentu sahaja. Ramai isteri yang kecewa terhadap suami yang menghina atau tidak hormat sebarang wanita termasuk pembantu rumah.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes